Senin, 23 Mei 2011

Sejarah nama harta ( karun )


Harta karun senantiasa kita dengar dan banyak menjadi perbincangan, apalagi sebagai manusia terkadang juga membutuhkannya, Harta karun sendiri ternyata memiliki sejarah dalam penamannya. Karun adalah salah satu umat nabi Musa AS bahkan termasuk kerabat dekatnya. Tabiatnya berubah setelah hartanya melimpah. Sebagai gambaran, bahwa untuk membawa kunci- kunci dari gudang- gudang hartanya, diperlukan sejumlah orang yang kuat- kuat.
Hanya saja, harta yang semestinya bisa menjadi “kendaraan’’untuk lebih mendekatkan diri, justru sebaliknya. Karun menjauh dari pimpinan nabi Musa AS yang lain. Bahkan, puncaknya, dia menghalalkan segala cara dalam mengumpulkan harta. Atas itu semua, oleh kaumnya telah diingatkan:janganlah kamu terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang terlalu membanggakan diri (QS.Al Qashshash(28):76)
Terhadap karun juga telah diingatkan agar menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(Kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain)sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan(QS. Al-Qashash(28):77).
Diingatkan demikian, karun tetap tidak sadar, bahwa harta yang dimilikinya itu berasal dari Allah dan sewaktu- waktu dapat saja Allah mengambilnya lagi. Bahkan, dengan sombong karun menukas: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”(QS Al Qashash(28):78)
Jika rasa syukur telah lenyap, maka putuslah hubungan dengan Allah. Yang terjadi kemudian, baju kesombongan yang dipakai oleh si ‘kufur nikmat’itu. Akibatnya, nuraninya yang selalu kepada kebenaran dan kebaikan menjadi tak sempurna bekerja. Dia berpikir, bahwa dia telah berjalan di jalur yang semestinya. Dia merasa benar sendiri. Dan itulah yang terjadi pada karun. Bukannya karun berterima kasih ketika diingatkan. Justru sebaliknya dia bersikap lebih congkak lagi. Dia membuat demontrasi kekayaan. Dia mempertontonkan segala kemegahannya ke masyarakat sekitar dalam satu iring- iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya, dan inang pengasuh.
Dan apa yang terjadi kemudian, Tiba- tiba bumi tempat karun berdiri terbelah dan dia terbenam ke dalam lubang belahan itu bersama seluruh harta bendanya. Maka, kami benamkan karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tidaklah ia termasuk orang- orang yang dapat) membela (dirinya)(QS Al Qashash (28);81). Kisah karun merupakan sebuah cerminan bahwa kita tidak boleh terpedaya dengan gemerlap dunia termasuk di dalamnya harta, karena semua itu akan berpulang kepada sang pencipta yakni Allah SWT.

sumber : VIVAnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar